Jumat, 01 Juli 2016

Referat Katarak Senilis

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya (Ilyas, 2005).
Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO), sebagaimana dipublikasikan dalam situs www.who.int, katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia (Widyaningtyas, 2009).
            Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan di Indonesia. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,4% dan katarak menjadi masalah di masyarakat karena menimbulkan kebutaan. Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh proses penuaan.
            Tugas terpenting tenaga medis adalah memberikan informasi yang benar mengenai buta katarak, bahwa buta katarak masih bisa ditanggulangi dengan dilakukan operasi sehingga dapat melihat kembali. Sebagai contoh, deteksi dini, monitoring yang ketat, dan intervensi bedah yang tepat waktu harus diperhatikan dalam manajemen katarak senilis.

ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Anatomi lensa
  • Lensa berasal dari lapisan ektoderm , merupakan  struktur yang transparan berbentuk cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.
  • Lensa tidak memiliki suplai darah ( avaskular) atau inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.
  • Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.

GAMBAR 1. LENSA
GAMBAR 2. STRUKTUR LENSA

  • Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.
  • Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat 90 mg.
  • Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.
  • struktur lensa terdiri dari:
    • Kapsula
§  Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama perubahan akomodatif.
§  Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan dalam melekatnya serat-serat zonula.
§  Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4 mmKapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.
§  Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari zonula.
    • Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu. Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin zonula
    • Epitel Lensa
      • Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa
      • terdiri dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel sehingga Sel-sel ini secara metabolik ia aktif dan dapat  melakukan semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid . sehingga dapat  menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa.
      • Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom.
      •  Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini.
      • Tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolikpun akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis

Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ:  preequator
- EZ : equator
    • Korteks dan Nukleus
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari lensa.
Fisiologi lensa
o   Lensa sebagai media refraksi
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.
o   Akomodasi Lensa

Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh lkelenturan lensa , kontraksi otot – otot siliaris dan ketegangan zonula zinn.

 
GAMBAR 3. AKOMODASI LENSA
Metabolisme lensa
o   Transparansi lensa
§  Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation ( Na, K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus .
§  Kadar kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior sedangkan Kadar natrium lebih tinggi di posterior.
§  Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan ion Na bergerak  keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na- K ATPase
§  Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh pompa natrium.
§  Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk menjaga kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
§  Telah ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada  katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara bermakna
§  Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia. Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.
§  Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.
o   Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif
§  Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.
§  Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-) dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.
§  Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa (Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa dan setiap serat lensa.
§  Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase ouabain.
§  Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.
§  pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan bahwa terjadi  penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain telah memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring dengan perkembangan katarak
o   Peranan Kalsium
§  Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.
§  Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme lensa.
§  Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan meliputi ;
Ø  tertekannya metabolisme glukosa,
Ø  pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan aktivasi protease yang destruktif
Ø  Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat, myo-inositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada lensa.
o   Metabolisme Karbohidrat pada Lensa
§  Pada lensa, energi yang diperoleh bergantung pada metabolisme glukosa.
§  Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan melalui difusi terfasilitasi.
§   Kebanyakan glukosa ditranportasi ke dalam lensa dalam bentuk terfosforilasi (Glukosa 6 fosfat =G6P) oleh enzim heksokinase. Reaksi ini adalah 70-1000 kali lebih lambat dari enzim-enzim lainnya yang terlibat dalam proses glikolisis lensa dan kecepatan terbatas pada lensa.
§  Ketika terbentuk, G6P memasuki satu dari dua jalur metabolisme:
1.      Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
2.      HMP shunt ( 5 %)
Ø  Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
Ø  Kadar tekanan oksigen dalam lensa sangat rendah , tetapi walaupun tanpa oksigen , lensa mampu mengahasilkan energi paling banyak melalui jalur glikolisis dari pada  jalur HMP shunt.
Ø   Hal ini membuktikan bahwa lensa tidak tergantung pada oksigen  tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa hal ini telah didemonstrasikan dengan kemampuannya untuk menjaga metabolisme normal dalam lingkungan nitrogen. Dengan diberikan sejumlah glukosa, lensa in vitro yang anoksik tetap jernih dan utuh, memiliki kadar normal dari ATP serta mempertahankan aktivitas pompa asam amino dan ion. Bagaimana pun, ketika glukosa menurun atau kekurangan, lensa tidak dapat mempertahankan fungsi-fungsi ini dan menjadi keruh pada beberapa jam sekalipun terdapat oksigen
Ø  HMP shunt
Ø  Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah heksosa monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan istilah jalur pentosa monofosfat.
Ø  Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Ø  Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa ditetapkan.
Ø  Jalur HMP – shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk aktifitas glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Ø  Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.
§  Enzim ini telah ditemukan memainkan peranan yang penting dalam pembentukan katarak “gula”.
§  ketika kadar glukosa meningkat dalam lensa sebagaimana terjadi pada keadaan hiperglikemia, jalur sorbitol teraktifasi lebih daripada glikolisis dan terjadi akumulasi dari sorbitol.
§   Sorbitol dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim polyol dehidrogenase.
§  Sayangnya enzim polyol dehidrogenase memiliki affinitas yang rendah yang berarti sorbitol akan terakumulasi sebelum mengalami metabolisme labih lanjut.
§  Karakteristik ini, dikombinasikan dengan kurangnya permeabilitas lensa terhadap sorbitol berakhir dengan retensi sorbitol dalam lensa.
Ø  Sejalan dengan sorbitol, fruktosa juga terbentuk pada lensa dengan kadar tinggi glukosa. Bersamaan, kedua gula tersebut meningkatkan tekanan osmotik di dalam lensa dan menarik air. Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa mampu mengkompensasi, tetapi akhirnya kemampuan tersebut terlewati. Hasilnya adalah pembengkakan serat, rusaknya arsitektur sitoskeletal normal dan kekeruhan lensa.
Pemeriksaan Lensa
        Uji bayangan iris, diketahui bahwa semakin sedikit lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 450 dengan dataran iris, dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh. Bila letak bayangan jauh dan besar berarti katarak imatur, sedang bila bayang kecil dan dekat pupil berarti lensa katarak matur.
Metabolisme Lensa Normal
        Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian anterior lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-KATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase.
        Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP-shuntmenghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

KATARAK
Definisi
        Katarak berasal dari yunani Katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana pengelihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-keduanya.


Perbandingan Lensa mata normal dan katarak
Etiologi
        Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan congenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraocular lainnya.
        Katarak dapat disebabkan oleh bahan toksisk khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak, seperti ; eserin (0,25%-0,5%), kortikosteroid, ergot, dan asetilkolinesterase topical.
        Kelainan sistemik atau metabolic yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes militus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senile, juvenile, dan herediter) atau kelainan congenital mata.
        Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti : fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, dan usia.
Patofisiologi
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosi :
1.      Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
2.      Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1.Kapsula
a.         Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).
b.        mulai presbiopi
c.         Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d.        Terlihat bahan granular
2.Epitel-makin tipis
a.       Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b.      Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3.Serat lensa.
a.       serat irregular
b.      Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c.       Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus lensa, sedangwarna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal
d.      Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
e.       Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.
Klasifikasi Katarak Senilis
        Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun keatas. Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya berkembang lambat selamabeberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa secara definitif akan memperbaikiketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah mengalamikerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasi retina,perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yangmenghambat pemulihan visual.
            

Katarak Senilis
Perubahan lensa pada usia lanjut :
·         Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamelkapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
·         Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
·         Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak bewarna.
1.      Stadium insipien 
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks, katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
2.      Stadium imatur
Sebagian lensa keruh tetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini 6/60 - 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadicembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.
3.      Stadium matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan bisa terjadi akibat deposit dari ion Ca yang menyeluruh, kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akanmengakibatkan kalsifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukurankedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga ujibayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
4.      Stadium hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning kering, pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar. Maka korteks akan memperlihatkan bentuk sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.


Gambaran Klinis
Gejala Subjektif 
·         Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang mnurunsecara progresif 
·         Penurunan tajam penglihatan
 – tergantung dari tipe katarak:
o   Katarak polar kortikal dan anterior
kelainan tampak mencolok namun gangguan penglihatan biasanya ringan
o   Katarak polar posterior dan subkapsul posterior
kelainan tampak ringan,gangguan penglihatan biasanya berat
o   Katarak sklerosis nukleus
menyebabkan peningkatan miopia
·         Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya: terutama pada katarak subkapsularposterior dan katarak kortikal
·         Pergeseran miopi (myopic shift ) perjalanan katarak dapat meningkatkankekuatan dioptri lensa sehingga menyebabkan terjadinya miopia ringan sampaisedang atau pergeseran miopia.
·         Pada pasien dengan presbiopi bisa terjadi peningkatan kemampuan membacadekat sehingga tidak memerlukan kacamata bacanya, disebut second sight .
·         Penglihatan ganda (diplopia) monokular
·         Rabun senja
Gejala objektif 
·         Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat.Kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Pemeriksaan Fisik
Setelah anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berpengaruh pada mata dan juga perkembangan katarak.
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan visus.Jika pasien mengeluhkanglare,visus juga harus diperiksa di ruangan yang sangat terang. Pemeriksaan sensitivitas terhadap kontras juga harus dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes shadow akanmenunjukkan hasil positif pada stadium katarak imatur.Pemeriksaan slit lamptidak hanya dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan lensa, namun juga menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan. Penampakan lensa harus dilihat secara seksama sebelum dan sesudah dilatasi pupil. Posisi lensa dan keutuhan serat zonular juga harus diperiksa karena subluksasio lensa dapat mengindikasikan trauma pada mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.
Pemeriksaan Lain
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologis. Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai bagian skrining preoperative untuk mendeteksi penyakit penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensidan kelainan jantung). Pemeriksaan radiologis seperti USG, CT Scan dan MRIdiperlukan jika dicurigai adanya kelainan di daerah posterior dan kurangnya gambaranpada bagian belakang mata karena katarak yang sudah sangat padat. Pemeriksaan ini membantu dalam perencanaan tatalaksana bedah.
Penatalaksanan
Non-Bedah
Hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara waktu.Di samping itu,walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi penderita katarak, hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang mampu memperlambat atau menghilangkan pembentukan katarak pada manusia.Bebebrapa agent yang mungkin dapat memperlambat pertumbuhan katarak adalah penurunan kadar sorbitol,pemberian aspirin,antioksidan vitamin c dan E
Bedah
Indikasi pembedahan pada katarak senilis :
-          Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum untuk ekstraksi katarak
-          Katarak disertai komplikasi seperti glaukoma dan uveitsi
-          Katarak stadium matur/hipermatur
Teknik Operasi
1.      EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)
EKIK adalah teknik operasi yang membuang lensa dan kapsul secara keseluruhan. Metode ini dilakukan di tempat yang tidak dijumpai fasilitas operasi katarak yang lengkap seperti mikroskop operasi.
Cara ini dipilih pada kondisi katarak yang tidak stabil, menggembung, hipermatur, dan terluksasi. Kontraindikasi mutlak untuk EKIK adalah katarak pada anak-anak dan ruptur kapsul karena trauma. Sedangkan kontraindikasi relatif EKIK adalah pasien menderita miopia tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan vitreus masuk ke COA.
Keuntungan EKIK dibandingkan dengan EKEK antara lain :
·         Tidak memerlukan operasi tambahan karena membuang seluruh kapsul dan lensa tanpa meninggalkan sisa
·         Menggunakan peralatan yang lebih sederhana
·         Pemulihan penglihatan segera karena menggunakan kacamata +10 dioptri
Kerugian EKIK dibandingkan EKEK :
·         Penyembuhan luka yang lama
·         Pencetus astigmatisma
·         Dapat menimbulkan iris dan vitreus inkarserata
2.      EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)
EKEK adalah teknik operasi yang membuang nukleus dan korteks lensa melalui kapsula anterior. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal sebagai tempat untuk lensa tanam. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Keuntungan dari teknik ini karena melakukan insisi kecil sehingga astigmatisma lebih kecil daripada EKIK dan menimbulkan luka yang lebih stabil atau lebih kecil. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.
3.      Fakoemulsifikasi
Pada fakoemulsifikasi (disintegrasi ultrasonic dari nukleus) dilakukan insisi kecil untuk mengeluarkan lensa. Teknik ini memerlukan jarum yang diarahkan dengan gelombang ultrasonik ke arah nukleus untuk mengaspirasi substratlensa .Teknik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ekstraksi ekstrakapsularyaitu insisi lebih kecil, rehabilitasi yang lebih cepat dan komplikasi post operatif yanglebih jarang. Namun operasi ini tergantung mesin dan operator serta lebih mahal.
Persiapan Operasi :
1.      Keadaan umum
a.       Pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
b.      Tanda-tanda vital dalam batas normal
c.       Pada penderita DM dan hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus terkontrol
2.      Status opthalmologik
a.       Tidak dijumpai tanda infeksi
b.      Tekanan intraokuler normal
c.       Saluran air mata lancar
Perawatan pasca operasi :
a.       Mata dibebat
b.      Obat tetes mata kombinasi antibiotik dengan antiinflamasi
c.       Tidak boleh mengedan/angkat berat
d.      Bila tanpa pemasangan IOL, perlu dikoreksi denegan lensa S +10D untuk melihat jauh. Koreksi diberikan 3 bulan pasca operasi.
Komplikasi post operasi :
a.       Astigmatisma
b.      Ablatio retina
c.       Katarak sekunder
d.      Endoftamitis
Komplikasi
a.       Glaukoma
Glaukoma dapat timbul akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak dengan komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa.
b.      Uveitis kronik
Uveitis kronik pasca operasi katarak telah dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri patogen

PROGNOSIS
        Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart.Penyebab faktor resiko utama yang mempengaruhi prognosisnvisual adalah adanya diabetes melitus dan retnopati diabetik.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007.
2.      Suhardjo SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi 1. Jogjakarta : Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM. 2007
3.      Riordan P, Whitcher JP. Voughan & Asbur’s General Ophthalmology 17th edition. Philadelpia : McGrawHill. 2007
4.      Brown NP. Mechanism of Cataract Formation. Diunduh dari : http://www.optometry.co.uk/uploads/articles/232fd150ab01c6cd7514ac1d1e306ac7_brown20010406.pdf. 2001
5.      Khaw PT, Shah P, Elkington. ABC of Eyes 4th edition. Spain : BMJ Publishing. 2004.
6.      Lang GK. Cataract. In : Atlas Ophthalmology a Short Textbook. New York : Thieme. 2000
7.      Ming ALS, Constable IJ. Cataract. Color Atlas of Ophthamology 3rd edition. World Science.
8.      Ocampo VVD, Foster CS. Senile Cataract. Diunduh dari : http://emedicine. medscape.com /article/ 1210914-overview. 2012
9. Cataract. Diunduh dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmedhealth/ PMH00 01996/. 2011

1 komentar:

  1. New Jersey Casinos No Deposit Bonus - Up to $500
    If you 1xbet login think you've stumbled upon one of the best new online 생활 바카라 casinos 바카라사이트 in the 피망 포커 world, you're not alone. งานออนไลน์ Find out the latest NJ casino bonus codes for

    BalasHapus